Sabtu, 05 Juni 2010

Rachel Corrie (1979 - 2003)

Mendengar kapal Irlandia bernama Rachel Corrie yang mengikuti jejak "Freedom Tortilla" yang mengirimkan bantuan kepada Palestina di Gaza,  saya teringat dengan peristiwa yang terjadi tahun 2003.  Nama kapal tersebut diambil dari nama seorang aktivis kemanusiaan bernama Rachel Corrie. Rachel Corrie lahir ditengah keluarga Kristen yang taat. Sejak kecil dia memang berbeda dengan kebanyakan anak-anak seusianya pada umumnya karena dia telah memberikan pandangan hidup tentang kemanusiaan. Hal ini terlihat pada saat Rachel masih dikelas 5 SD, dia berpidato tentang kemanusiaan dengan judul  "I'm Here Because I Care".


Mengutip beberapa sumber, Rachel pernah bergabung dengan beberapa LSM kemanusiaan dengan tujuan Merdeka menentang penjajahan dibeberapa negara. Suatu saat, Rachel mempelajari informasi tentang konflik Palestina dan Israel, kemudian berkesimpulan bahwa masih ada penjajahan besar terjadi dibumi Palestina oleh Israel. Pada saat hendak berangkat ke Palestina, Ibu Rachel bertanya “Rachel, untuk pergi ke Palestina, kewajibankah? Tak seorangpun menyalahkanmu untuk mengurungkan niat itu,”. Rachel pun menjawab, “Barang-barang sudah kukemas. Rasa takut itu manusiawi. Tapi kupikir, melakukannya tak mustahil. Harus kucoba, Mam.” Seatraktif apapun bujukan keluarganya, niat Rachel tak tergoyahkan.

Rachel berangkat ke Israel untuk transit ke Tepi Barat pada Januari 2003, dan setelah tiba, dia langsung bergabung bersama International Solidarity Movement (ISM) yang terdiri dari wqarga Jerman, Inggris, Italy, dll. Pergerakan ini hanya memiliki dua syarat partisipasi: Pertama, anggotanya harus yakin bahwa bangsa Palestina berhak merdeka berdasarkan hukum internasional dan resolusi PBB, dan kedua anggotanya hanya menggunakan cara tanpa kekerasan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina.

Ketika tiba di Rafah, Rachel saksikan tank, bulldozer, menara-menara sniper dan pos-pos penggeledahan Israel terdapat diantara dan dibangun dipuing-puing bekas pemukiman penduduk Gaza. Tembok baja raksasa dibangun di reruntuhan dekat perbatasan Mesir. Dia banyak melihat hal seperti penderitaan orang-orang Palestina yang bertahan meski penindasan terus berlangsung. Warga Palestina yang dilihatnya berwajah lusuh dan menjalani hidup serba kekurangan, menderita dan menunggu giliran direnggut maut. Itulah kisah Rachel pertama saat pertama tiba di Palestina kepada Craig Corrie, Ibunda Rachel Corrie. Pada saat menelpon ibunya dari rumah seorang Palestina tempat dia tinggal, Rachel berujar kepada ibunya “Bisakah kau dengar itu…? Bisakah kau dengar itu…?” Dia menggambarkan betapa bunyi-bunyi ledakan nyaris tak berjedah diselingi suara peluru-peluru yang dimuntahkan.
Rachel mampu berbahasa Arab awalnya adalah dia mengasuh anak yatim massal Palestina dalam naungan Children’s Parliament. Di Rafah, Rachel dan anggota kemanusiaan lainnya menjadi benteng hidup, berdiri mengelilingi pekerja air kota Palestina yang menggali sumur. Dia hadang moncong laras panjang sniper-sniper militer Israel yang berada di menara benteng. Rachel dan rekan-rekan lainnya terus berdiri mengelilingi sumur-sumur yang sedang digali para pekerja hingga lewat tengah malam. Demi setetes air agar basahi tenggorokan pengungsi Palestina yang terkurung sejak lama di bui Gaza. Hanya itu satu-satunya cara, setelah kebun zaitun penduduk Palestina dilindas buldoser-buldoser tentara IDF (tentara pertahanan Israel), setelah tentara-tentara Israel menimbun sumur-sumur dengan puing-puing rumah penduduk.

Pada suatu kesempatan lain, Rachel menghadang tentara IDF yang hobi meluluhlantak pemukiman penduduk Palestina terutama Gaza. Rachel sengaja menghuni rumah penduduk yang menjadi incaran buldoser-buldoser Zionis-Israel. Rachel sadar, hak hidup merdeka milik semua bangsa, termasuk bangsa Palestina. 16 Maret 2003, dua bulldoser dan tank-tank Israel melaju kencang di jalanan Hi Salam, Rafah, Jalur Gaza, perbatasan Mesir menuju rumah-rumah penduduk Palestina. Satu buldoser dikendarai operator, dipandu seorang tentara yang berhenti tepat di depan rumah Nasrallah, salah satu keluarga di Rafah. Sudah beberapa hari Rachel tinggal di dalamnya. Bukan sekedar menumpang tidur, tapi Rachel sengaja menghendaki tentara IDF mengurungkan niat membongkar rumah itu karena keberadaannya. Juga, Rachel menegaskan tekadnya untuk bersama warga Palestina memperjuangkan kemerdekaan.

Kesan seram ini dipotret Rachel melalui e-mail yang dikirim kepada Mamanya: Dua kamar depan rumah mereka tak dapat digunakan. Dinding-dindingnya hancur ditembus peluru Israel. Seluruh anggota keluarga; tiga anak dan dua pasang suami istri tidur di ruang tengah. Aku tidur di lantai bersama anak perempuannya, Iman dalam satu selimut.

Sekitar jam 5 sore, buldoser meraung-raung meminta tumbal. Saat melintas, rantai roda baja itu menyemburkan onggokan tanah kering hingga menimpuk aktivis-aktivis yang menjadi benteng hidup rumah warga Gaza itu. Seorang aktivis Amerika terlempar berguling-guling sebelum akhirnya tersangkut di kawat berduri dan seorang aktivis Inggris terjepit dinding. Buldoser D9R Israel siap melindas rumah itu, Rachel bergegas lari menghampiri. Dia tahu, keluarga Nasrallah berada di dalamnya. Dia hadang buldoser itu selayak Polantas menghentikan mobil di jalan raya. Aksi ini biasa dilakukan aktivis ISM sebelumnya.

Buldoser Israel tak berhenti. Aktivis-aktivis ISM lain menjerit histeris melambai-melambaikan tangan. Mereka ketakutan. Raungan buldoser menindih semua suara. Melihat D-9R semakin bergairah menyeruduk, Rachel berupaya memanjat gundukan tanah yang dikeruk pisau buldoser agar tak tertelan. Posisi Rachel di atas gundukan itu cukup tinggi, pasti tentara IDF yang mengoperasikan kendaraan baja itu melihatnya. Tapi serdadu itu tetap tancap gas. Rachel terbanting kemudian terseret pisau Bulldozer. D9R terus melaju. Rantai-rantai baja bergemeretak melindas Rachel, kemudian mundur. Tersisa tubuh hancur Sang gadis Olympia.





Saksi mata mengatakan, sopir buldoser Israel sengaja melindas Corrie karena saat itu posisi Corrie terlihat jelas dan mengenakan jaket warna oranye menyala. Namun laporan militer Israel yang dirilis pada bulan Juni 2003 menyebutkan apa yang terjadi pada Corrie adalah “kecelakaan”.

Teman-teman Rachel bergegas menghampiri. Rachel masih hidup kala itu. Dia sempat berkata, “Sepertinya punggungku remuk.’’ Tak lama ambulan Palestina datang. Saat itu dipastikan tiada harapan hidup bagi Rachel. Gadis berambut pirang itu dinyatakan meninggal beberapa saat setelah tiba di rumah sakit lokal.

Sayang, Rachel Corrie berada di pihak yang “salah.” Dia mati dilindas buldoser Israel. Karena alasan itulah pemerintahnya (Amerika Serikat) mendiamkan dan menghentikan kasusnya.

Kamis, 25 Maret 2010

Bersyukur Dalam Kejayaan, Bersabar Dalam Kesukaran

Judul diatas saya kutip dari komentar salah seorang pembawa acara radio favorit saya. Mudah sekali untuk diucapkan, tapi apa benar kalau hal itu bisa dengan mudahnya kita terapkan dikehidupan sehari-hari ? Hanya sedikit orang yang bisa menerapkannya. Saya sendiri belum sepenuhnya bisa, tapi masih tetap mencoba dan mencoba terus. Jika kita dapat berpikir dengan jernih, penerapan rasa syukur dan sabar adalah kunci utama menuju kebahagiaan. Orang yang dapat menjalani hal ini, pasti akan selalu berpikir positif terhadap suatu hal.

Misalkan, kita memiliki karir yang sukses dibanding kebanyakan orang lainnya. Terkadang sifat arogansi atas kesuksesan akan muncul, entah didalam hati saja ataupun diaplikasikan kedalam perilaku keseharian. Kesuksesan seringkali identik dengan penghasilan yang besar. Penghasilan yang besar seringkali diimbangi oleh pola hidup konsumtif. Meskipun dalam teori ekonomi disebutkan semakin besar pendapatan seseorang, maka semakin bertambah kebutuhannya, tapi sebenarnya banyak yang menjadi konsumtif karena kebutuhan akan penghargaan dan keinginan untuk lebih dapat aktualisasi diri (teori hirarki kebutuhan maslow yang ke 4 dan ke 5). Bukan berarti tidak boleh lho untuk meningkatkan taraf hidup atau menambah kelengkapan kebutuhan hidup, atau berusaha untuk membuat hidup kita menjadi lebih nyaman...  sangat boleh namun jangan lupa agar kita jangan sampai melampaui batas atau berlebihan. Keinginan untuk memiliki penghasilan yang besar sering menjadi dasar bagi setiap orang untuk mengejar kesuksesan.

Seringkali kesuksesan yang kita kejar, baik yang tercapai ataupun belum membuat kita sering lupa bahwa terkadang yang kita miliki sekarang untuk diri kita sudahlah cukup. Tanpa disadari seringkali kita mengeluh, entah keluhan karena merasa kurang akan pendapatan yang disebabkan banyak hal yang belum terbeli, kurang akan penghargaan (posisi), Iri dengan orang lain yang lebih maju daripada kita, dan lainnya. 

Allah akan sangat mudah untuk membalikkan keadaan kita apabila Ia mengkehendaki. Seringkali kita mendapat kelancaran dan kemudahan dalam menjalani hidup ini, dan terkadang kita mengeluh lalu mendapat apa yang kita mau, kemudian diberi lagi, dan seterusnya diberi lagi yang oleh Allah dari apa yang kita inginkan atau yang kita keluhkan. Tapi seringkali raihan ini tidak membuat kita sadar bahwa kita sedang diuji oleh Allah, dan ini bukan berarti Allah sayang dengan kita. Terkadang Allah mencintai kita dengan cara memberi cobaan, seperti dengan cara kesuksesan dan kenikmatan yang kita miliki diambil, entah dengan cara adanya pengurangan pegawai dikantor, bisnis tidak sesuai harapan, atau lainnya. Disaat sedang mengalami kesukaran tersebut, pertanyaannya apa yang akan kita lakukan kalau ternyata kita yang mengalaminya? Apakah kita tergolong orang yang bersabar? Atau malah semakin jauh dari Allah?  Apabila diri kita diberi kesuksesan entah dalam hal apa saja, tanyalah pada hati diri kita,  apakah kita merasa bahagia yang nyata? Apakah kita sukses karena Allah menyayangi kita atau Allah sedang menguji kita?

Pada saat kita sukses janganlah kita sombong dan menjadi orang yang lupa diri, ingatlah hadis ini: Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi (HR. Muslim). Dan  apabila kita diuji dengan kesusahan yang berat, maka ingatlah ayat Quran ini : Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al Baqarah 286).

Jika kita bersyukur disaat kita sedang meraih kesuksesan, dan bersabar dalam menghadapi ujian-Nya, Insya Allah jalan menuju kebahagiaan yang sempurna akan dapat diraih.

Minggu, 14 Maret 2010

The Great Blue Hole

Salah satu keunikan di dunia yang tidak banyak diketahui orang adalah "lubang biru" terbesar yang biasa dikenal dengan nama The Great Blue Hole. Terletak di pasisir timur Amerika Tengah, berbatasan dengan Meksiko, Guatemala dan Honduras. Keunikan lain, warna air di dalam lubang besar itu bisa berubah warna.

Lubang ini terletak di dekat pusat Lighthouse Reef dengan bentuk bulat sempurna, lebih dari 1.000 kaki (305 meter) dan dalamnya 480 di kaki (146 meter). Menurut ilmuwan, The Blue Hole adalah hasil dari runtuhan berulang-ulang dari suatu sistem gua batu kapur yang terbentuk selama permukaan laut yang lebih rendah pada saat perjalanan zaman es terakhir. Selama jutaan tahun lubang dulunya sebuah gua kering yang besar dan stalaktit dan stalagmit perlahan-lahan mulai terbentuk. Ketika zaman es terakhir berakhir ribuan tahun yang lalu, permukaan air laut naik dan menutupi gua.

Fenomena geografis yang luar biasa ini adalah salah satu tempat menyelam paling menakjubkan di dunia, yang dibuat terkenal oleh Jacques-Yves Cousteau yang menyatakan itu adalah salah satu dari 4 situs scuba diving terbaik di Bumi. Pada tahun 1971, ia membawa kapal Calypso dan kapal selam ke lubang untuk bagan kedalamannya dan memeriksa stalaktit diskors dari dinding menggantung.

Kedalamannya menciptakan warna biru nila namun dari atas terlihat bewarna biru gelap dan sesekali biru cerah. Daerah yang lebih dalam di dalam Lubang Biru ini tidak mempunyai kehidupan melimpah karena dindingnya yang membatasi, sehingga mengakibatkan kurangnya sirkulasi air dan cahaya.

Jumat, 12 Maret 2010

Ibnu Sina (980-1037)


Dikenal juga dengan panggilan Avicenna oleh dunia barat, adalah orang yang pertama kali mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap. Ibnu Sina yang bernama lengkap Abu Ali Sina lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat ini. Dengan kemampuan intelektual yang luar biasa, dia mampu menghafal Al Quran pada usia 5 tahun.

Belajar ilmu kedokteran pada saat berumur 16 tahun, dan pada saat usianya mencecah tujuh belas tahun, Allah memberinya jalan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ibnu Sina berhasil menyembuhkan penyakit raja Bukhara saat itu, Nooh ibn Mansoor. Ini benar-benar karomah Allah, sebab banyak tabib dan ahli tak berhasil meyembuhkan penyakit sang raja sebelumnya. Sebagai penghargaan sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, paling tidak untuk sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Tapi Ibnu Sina menolaknya dengan halus, sebagai gantinya ia hanya meminta izin untuk mengunjungi sebuah perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik.

Ibnu Sīnā mengembangkan sistem medis yang menkombinasikan antara pengalaman pribadi dalam pengobatan Islam, sistem pengobatan Yunani dokter Galen, metafisika Aristoteles serta berbagai sistem pengobatan kuno dari Persia, Mesopotamian dan India.  Ia juga dianggap sebagai Bapak dari pengobatan modern, dan pharmacology khususnya untuk pengenalan sistematis eksperimen dan hitungan ke dalam studi fisiologi, penemuan itu menular dari sifat infeksius penyakit, pengenalan karantina untuk membatasi penyebaran penyakit menular, pengenalan percobaan obat-obatan, berdasarkan bukti-obat, uji klinis. Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa berada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farmasi, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah.

Rabu, 10 Maret 2010

Desa Petir Catatumbo



Catatumbo adalah suatu desa di Venezuella yang memiliki keunikan yaitu petir yang selalu muncul selama 10 jam setiap malamnya, Atau 140 - 160 malam dalam setiap tahunnya, atau kira-kira petir tersebut muncul 1,2 juta kali dalam setahun. Petir ini dapat dilihat dari jarak kurang lebih 400 KM dan digunakan para pelaut sebagai alat bantu navigasi.


Hingga saat ini masih banyak para ilmuwan yang belum dapat memberikan jawaban kenapa desa ini yang selalu dihampiri petir yang cukup sering.

Cenote Angelita


Satu lagi keajaiban dari Yang Maha Kuasa yang membuat kita akan semakin kagum akan Kebesaran Nya. Keajaiban ini adalah Cenote Angelita yang merupakan suatu daerah di Mexiko. Keajaiban ini akan semakin terasa bagi orang yang gemar scuba diving, karena keajaiban ini berada dibawah laut. Bagi para penyelam, pada kedalaman 60 meter akan melihat sebuah sungai dibawah laut, yang disekitarnya tumbuh pohon dan juga dedaunan. Tentu saja itu bukan merupakan sungai biasa, namun itu adalah lapisan Hidrogen Sulfida, yang membentuk hamparan sungai. Berikut adalah gambarnya:



Selasa, 09 Maret 2010

Why do talented employees leave companies?

Largest studies undertaken by the Gallup Organization.

Why do talented employees leave companies? Come to think of it. This is almost 100% true. Read below & find out the answer.

Early this year, Arun, an old friend who is a senior software designer, got an offer from a prestigious international firm to work in its India operations developing specialized software. He was thrilled by the offer. He had heard a lot about the CEO of this company, a charismatic man often quoted in the business press for his visionary attitude. The salary was great. The company had all the right systems in place employee-friendly human resources (HR) policies, a spanking new office, the very best technology, even a canteen that served superb food.

Twice Arun was sent abroad for training. "My learning curve is the sharpest it's ever been," he said soon after he joined. "It's a real high working with such cutting edge technology." Last week, less than eight months after he joined, Arun walked out of the job. He has no other offer in hand but he said he couldn't take it anymore. Nor, apparently, could several other people in his department who have also quit recently. The CEO is distressed about the high employee turnover.

He's distressed about the money he's spent in training them. He's distressed because he can't figure out what happened. Why did this talented employee leave despite a top salary? Arun quit for the same reason that drives many good people away. The answer lies in one of the largest studies undertaken by the Gallup Organization. The study surveyed over a million employees and 80,000 managers and was published in a book called First Break All The Rules. It came up with this surprising finding: If you're losing good people, look to their immediate supervisor. More than any other single reason, he is the reason people stay and thrive in an organization. And he's the reason why they quit, taking their knowledge, experience and contacts with them. Often, straight to the competition.

"People leave managers not companies," write the authors Marcus Buckingham and Curt Coffman. "So much money has been thrown at the challenge of keeping good people - in the form of better pay, better perks and better training - when, in the end, turnover is mostly a manager issue." If you have a turnover problem, look first to your managers. Are they driving people away? Beyond a point, an employee's primary need has less to do with money, and more to do with how he's treated and how valued he feels. Much of this depends directly on the immediate manager. And yet, bad bosses seem to happen to good people everywhere. A Fortune magazine survey some years ago found that nearly 75 per cent of employees have suffered at the hands of difficult superiors. You can leave one job to find - you guessed it, another wolf in a pin-stripe suit in the next one.

Of all the workplace stressors, a bad boss is possibly the worst, directly impacting the emotional health and productivity of employees. Here are some all-too common tales from the battlefield: Dev, an engineer, still shudders as he recalls the almost daily firings his boss subjected him to, usually in front of his subordinates. His boss emasculated him with personal, insulting remarks. In the face of such rage, Dev completely lost the courage to speak up. But when he reached home depressed, he poured himself a few drinks, and magically, became as abusive as the boss himself. Only, it would come out on his wife and children. Not only was his work life in the doldrums, his marriage began cracking up too.

Another employee Rajat recalls the Chinese torture his boss put him through after a minor disagreement. He cut him off completely. He bypassed him in any decision that needed to be taken. "He stopped sending me any papers or files," says Rajat. "It was humiliating sitting at an empty table. I knew nothing and no one told me anything." Unable to bear this corporate Siberia , he finally quit. HR experts say that of all the abuses, employees find public humiliation the most intolerable. The first time, an employee may not leave, but a thought has been planted. The second time, that thought gets strengthened. The third time, he starts looking for another job.

When people cannot retort openly in anger, they do so by passive aggression. By digging their heels in and slowing down. By ! doing only what they are told to do and no more. By omitting to give the boss crucial information. Dev says: "If you work for a j erk, you basically want to get him into trouble. You don't have your heart and soul in the job." Different managers can stress out employees in different ways - by being too controlling, too suspicious, too pushy, too critical, too nit-picky. But they forget that workers are not fixed assets, they are free agents.

When this goes on too long, an employee will quit -often over seemingly trivial issue. It isn't the 100th blow that knocks a good man down. It's the 99 that went before. And while it's true that people leave jobs for all kinds of reasons - for better opportunities or for circumstantial reasons, many who leave would have stayed - had it not been for one man constantly telling them, as Arun's boss did: "You are dispensable. I can find dozens like you. While it seems like there are plenty of other fish especially in today's waters, consider for a moment the cost of losing a talented employee. There's the cost of finding a replacement. The cost of training the replacement. The cost of not having someone to do the job in the meantime. The loss of clients and contacts the person had with the industry. The loss of morale in co-workers. The loss of trade secrets this person may now share with others.

Plus, of course, the loss of the company's reputation. Every person who leaves a corporation then becomes its ambassador, for better or for worse. We all know of large IT companies that people would love to join and large television companies few want to go near. In both cases, former employees have left to tell their tales.

"Any company trying to compete must figure out a way to engage the mind of every employee," Jack Welch of GE once said. Much of a company's value lies "between the ears of its employees". If it's bleeding talent, it's bleeding value. Unfortunately, many senior executives busy travelling the world, signing new deals and developing a vision for the company, have little idea of what may be going on at home.

That deep within an organization that otherwise does all the right things, one man could be driving its best people away.

Kematian


Menyadur dari email sahabat:


Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: 8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .

Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)

(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.

Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.

Allahumma Amin..

Kim Il-Sung

Pemimpin Kore Utara ini terlahir dengan nama Kim Song Ju pada 15 April 1912 didekat Pyongyang. Ia mengganti nama menjadi Kim Il-Sung pada masa perlawanan terhadap penjajahan Jepang. Nama Kim Il-Sung merupakan nama pamannya yang merupakan patriot anti Jepang pada masa sebelumnya. Tahun 1931, dia bergabung dengan partai Komunis korea, lalu memimpin perjuangan senjata melawan Jepang. Namun kekalahan membuat dia terpaksa melarikan diri ke wilayah Uni Soviet. Pada masa Perang Dunia II, ia memimpin kontingen pasukan Korea yang tergabung dalam Angkatan Darat Uni Soviet. Ketika Jepang menyerah, Kim kembali ke Korea bagian Utara dengan mengikuti tentara Soviet dan mendirikan Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara) yang menganut faham komunis. Tahun 1948 - 1972 ia terpilih sebagai Perdana Menteri, dan menjadi Presiden sejak tahun 1972.

Pada tahun 1950, Kim berusaha menyatukan Korea, namun melalui jalan kekerasan (Perang Korea 1950-1053), namun usaha ini gagal setelah pasukan PBB campur tangan. Setelah menjabat Presiden, Kim Il-Sung beberapa kalo mengusulkan reunifikasi kedua Korea, termasuk pembentukan federasi Korea Utara dan Korea Selatan. Kim Il-Sung selalu menyertakan syarat agar pasukan PBB terutama Amerika Serikat agar ditarik dari Korea Selatan dengan alasan mengotori Bumi Korea.

Di negerinya, ia membangun kultus individu terhadap dirinya sebaga "Pemimpin Agung". Untuk rakyatnya, ia berhasil menyediakan pengobatan gratis, rumah murah, dan wajib belajar gratis. Presiden Kim meninggal pada 8 Juli 1994, dan digantikan anaknya Kim Jong-il. Jasa Kim yang berada di Musoelium tetap dipuja hingga saat ini oleh rakyat Korea Utara