Judul diatas saya kutip dari komentar salah seorang pembawa acara radio favorit saya. Mudah sekali untuk diucapkan, tapi apa benar kalau hal itu bisa dengan mudahnya kita terapkan dikehidupan sehari-hari ? Hanya sedikit orang yang bisa menerapkannya. Saya sendiri belum sepenuhnya bisa, tapi masih tetap mencoba dan mencoba terus. Jika kita dapat berpikir dengan jernih, penerapan rasa syukur dan sabar adalah kunci utama menuju kebahagiaan. Orang yang dapat menjalani hal ini, pasti akan selalu berpikir positif terhadap suatu hal.
Misalkan, kita memiliki karir yang sukses dibanding kebanyakan orang lainnya. Terkadang sifat arogansi atas kesuksesan akan muncul, entah didalam hati saja ataupun diaplikasikan kedalam perilaku keseharian. Kesuksesan seringkali identik dengan penghasilan yang besar. Penghasilan yang besar seringkali diimbangi oleh pola hidup konsumtif. Meskipun dalam teori ekonomi disebutkan semakin besar pendapatan seseorang, maka semakin bertambah kebutuhannya, tapi sebenarnya banyak yang menjadi konsumtif karena kebutuhan akan penghargaan dan keinginan untuk lebih dapat aktualisasi diri (teori hirarki kebutuhan maslow yang ke 4 dan ke 5). Bukan berarti tidak boleh lho untuk meningkatkan taraf hidup atau menambah kelengkapan kebutuhan hidup, atau berusaha untuk membuat hidup kita menjadi lebih nyaman... sangat boleh namun jangan lupa agar kita jangan sampai melampaui batas atau berlebihan. Keinginan untuk memiliki penghasilan yang besar sering menjadi dasar bagi setiap orang untuk mengejar kesuksesan.
Seringkali kesuksesan yang kita kejar, baik yang tercapai ataupun belum membuat kita sering lupa bahwa terkadang yang kita miliki sekarang untuk diri kita sudahlah cukup. Tanpa disadari seringkali kita mengeluh, entah keluhan karena merasa kurang akan pendapatan yang disebabkan banyak hal yang belum terbeli, kurang akan penghargaan (posisi), Iri dengan orang lain yang lebih maju daripada kita, dan lainnya.
Allah akan sangat mudah untuk membalikkan keadaan kita apabila Ia mengkehendaki. Seringkali kita mendapat kelancaran dan kemudahan dalam menjalani hidup ini, dan terkadang kita mengeluh lalu mendapat apa yang kita mau, kemudian diberi lagi, dan seterusnya diberi lagi yang oleh Allah dari apa yang kita inginkan atau yang kita keluhkan. Tapi seringkali raihan ini tidak membuat kita sadar bahwa kita sedang diuji oleh Allah, dan ini bukan berarti Allah sayang dengan kita. Terkadang Allah mencintai kita dengan cara memberi cobaan, seperti dengan cara kesuksesan dan kenikmatan yang kita miliki diambil, entah dengan cara adanya pengurangan pegawai dikantor, bisnis tidak sesuai harapan, atau lainnya. Disaat sedang mengalami kesukaran tersebut, pertanyaannya apa yang akan kita lakukan kalau ternyata kita yang mengalaminya? Apakah kita tergolong orang yang bersabar? Atau malah semakin jauh dari Allah? Apabila diri kita diberi kesuksesan entah dalam hal apa saja, tanyalah pada hati diri kita, apakah kita merasa bahagia yang nyata? Apakah kita sukses karena Allah menyayangi kita atau Allah sedang menguji kita?
Pada saat kita sukses janganlah kita sombong dan menjadi orang yang lupa diri, ingatlah hadis ini: Rasulullah SAW bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi (HR. Muslim). Dan apabila kita diuji dengan kesusahan yang berat, maka ingatlah ayat Quran ini : Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al Baqarah 286).